Selasa, 20 Januari 2009 12:40 |
Kompas, 19/01/09 -Seni kehidupan adalah mengatasi masalah ketika dia muncul, bukannya menghancurkan semangat dengan mencemaskan hal-hal yang mengkhawatirkan terlalu jauh ke depan. Inilah gambaran yang pas diberikan kepada Ketua Umum Dewan Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan gerbong panjangnya. Ia anak muda yang dirayu banyak pihak untuk menjadi presiden Indonesia ketujuh dan seorang pemimpin yang penuh optimisme dalam memandang masalah di hadapannya. Tak sedikit yang meragukan kemampuan PKB di bawah Muhaimin akan memperoleh suara yang besar. Bahkan, sejumlah jajak pendapat menempatkan PKB sebagai partai yang diperkirakan akan mendapat dukungan suara kecil. Polling dan suara mengecilkan semacam itu bukanlah hal baru. Keraguan kepada PKB pada pemilu tahun ini sedikit banyak dipengaruhi konflik internal PKB, dan PKB dianggap kehilangan tokoh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Toh, dalam ilmu politik selalu dikenal konsensus. Konflik bukan berarti kematian bagi organisasi, tetapi justru menjadi alasan untuk membangun konsensus baru. Apalagi, posisi Gus Dur bagi kader PKB tetap sebagai orangtua yang menjadi rujukan spiritualitas, dan orangtua yang kini sedang mengajar dan menguji ”anak politiknya” untuk mandiri. Berikut pembicaraan dengan Muhaimin di rumah dinasnya, di Jakarta, Kamis (15/1). Anda meyakini Gus Dur sedang memberikan ujian? Ya, sikap Gus Dur sekarang sama seperti ketika KH Hasyim Muzadi memenangi muktamar Nahdlatul Ulama (NU). Beliau bahkan sampai mengancam Muktamar Luar Biasa NU. Hari ini ternyata semakin lama orang makin banyak yang sadar, itu cara Gus Dur menguji Pak Hasyim tentang kemampuan dan kemandirian dalam mengelola organisasi. Hal sama juga terjadi di PKB saat ini. Orang makin banyak memahami dan memaklumi itulah gaya Gus Dur. Jika ada, mungkin sedikit di Jawa Timur. Tetapi, kami meyakini suara yang didukung dengan basis NU yang kuat tetap dalam barisan PKB. Seruan golput yang dilontarkan Gus Dur, kurang efektif, karena nahdliyin (warga NU) itu orang yang sadar politik dan tahu bagaimana menyalurkan aspirasi politiknya. Kalau bicara pesaing di basis konstituen, memang ada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Jatim dan Jawa Tengah. Ada Partai Golkar di Jateng dan Jawa Barat. Namun, di daerah di luar Jawa kami memiliki basis baru yang menggembirakan, seperti di Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Utara, dan Maluku. Namun, terus terang kami mengkhawatirkan perkembangan Partai Demokrat yang tidak terlihat kegiatannya di daerah, tetapi di polling, suaranya tetap besar. Ini membuat kami harus waspada. Adapun Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), mereka kekuatan baru yang mungkin mengancam, tetapi tampaknya muncul sedikit titik di Situbondo dan Pasuruan. Bebannya tidak terasa. Ancaman apa yang merisaukan Anda? |
Selasa, 20 Januari 2009
PKB, Optimistis di Tengah Problem
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar